Kompas.com Senin, 19 Januari 2009 17:44 WIB
3.559 Anak Boyolali Putus Sekolah
BOYOLALI, SENIN — Sebanyak 3.559 anak usia wajib belajar sembilan tahun di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terdata putus sekolah pada tahun 2008. Mereka tidak dapat mengenyam pendidikan terutama akibat ketidakmampuan ekonomi keluarga ataupun jarak sekolah yang terlalu jauh dari rumah.
Kepala Subbagian Perencanaan, Penelitian, dan Pelaporan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Boyolali Eko Suharsono, Senin (19/1), mengutarakan, anak-anak putus sekolah berusia 7 hingga 15 tahun yang berhasil didata pada penelitian akhir tahun 2008 itu tersebar hampir merata di 19 kecamatan di Boyolali.
"Alasan yang dikemukakan antara lain akibat kesulitan ekonomi sehingga anak-anak harus membantu orangtua. Selain itu, jarak sekolah yang terlalu jauh ataupun karena siswa itu cacat atau memang anak itu tidak mau sekolah. Namun, yang terakhir ini jumlahnya hanya 209 anak," katanya.
Menurut Pak Eko, tiga kecamatan yang berada di papan atas jumlah siswa putus sekolah ialah Selo sebanyak 456, Wonosegoro 458 siswa, serta Ampel 418 siswa. Dari sisi topografi, lanjutnya, sebagian wilayah di ketiga kecamatan itu tergolong sulit diakses. Sebagai contoh, di Desa Jlarem, Kecamatan Ampel, jarak dari sekolah mereka di lereng Gunung Merbabu menuju sekolah terdekat mencapai enam kilometer, tanpa akses sarana transportasi umum.
Kami menjadi bagian dari kegiatan Belajar Mengajar SD di Jlarem.
Pada tanggal 9 Januari 2009, Pak Mulyono, kepala sekolah SD Jlarem II dan Pak Darmanto, Kepala Sekolah SD Jlarem I menyatakan akan menggunakan pondok baca ini menjadi perpustakaan SD yang beliau pimpin. Melalui kegiatan ekstra kulikuler. Bapak dan Ibu Guru akan membuat jadwal per kelas untuk murid muridnya datang ke pondok baca untuk mengerjakan tugas dari ibu/bapak gurunya.